Arsip Blog

Jumat, 20 Maret 2009

Aku Ingin Mengerti Budaya

Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari budi atau akal. Dari kata tersebut Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Ada banyak defenisi tentang Kebudayaan ini, sekitar 179 buah defenisi yang pernah dirumuskan di atas kertas (Koentjaraningrat; Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan; 1974).
Antara lain defenisi tersebut adalah:


“Kebudayaan adalah : keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” (Menurut Ilmu Antropologi)


“Kebudayaan adalah : pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Dengan singkat: Kebudayaan adalah kesenian.”
(Defenisi dalam arti terlampau Sempit)


“Kebudayaan merupakan seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar”
(Defenisi dalam arti luas menurut Para Ahli Ilmu sosial)


“Kebudayaan dan Tindakan Kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior)
(C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis, A. Hoebel)


“Kebudayaan : Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”
(KOENTJARANINGRAT)


Dari semua defenisi kebudayaan yang ada di atas dapat kita perhatikan, bahwa tidak ada satupun dari semua defenisi yang ada yang luput dari kata belajar/proses belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit sekali tindakan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri beberaparefleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologis, atau kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Bahkan kemampuan naluri manusia yang dibawanya sejak lahir dalam gennya (misalnya makan, minum dan berjalan), juga dirombaknya menjadi tindakan berkebudayaan (Koentjaraningrat; Pengantar Ilmu Antropologi; 2002). Sebagai contoh, Manusia berjalan tidak menurut wujud organisma yang telah ditentukan oleh alam, melainkan manusia merombak cara berjalannya dengan seperti prajurit, peragawati bahkan sampai kepada laki-laki bergaya jalan lenggok seperti perempuan (bencong),dan sebagainya yang semuanya harus dipelajarinya dahulu.
Disini dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya Kebudayaan ada karena adanya proses belajar yang mendahuluinya (kebiasaan).

Tidak ada komentar: