Arsip Blog

Rabu, 30 November 2011

Menjadi Sarjana

Beberapa menit yang lalu sebelum saya menuliskan coretan ini, suara yang pertama sekali terdengar olehku adalah suara Papa. Ya, dia yang membangunkanku pagi. Sengaja saya mengkhususkan hari ini, bahkan beberapa jam jauh lebih cepat dari hari biasanya. Katanya, kata sebagian orang di sekelilingku, hari ini adalah hari spesial, hari dimana ditempatkannya upacara. Upacara formalitas yang sudah pernah kubayangkan betapa menjenuhkan, upacara yang sengaja diperbuat manusia-manusia pelaku universitas untuk para alumninya, wisuda sarjana.

Tidak dengan apa yang sepenuhnya saya rasakan sekarang. Bila senang, saya membiarkan biarlah orang-orang disekeliling saya benar-benar merasakan percikan bahagianya. Pernah coba untuk memaksakan, tapi memang kesenangan tidak dapat dipaksakan.

Dan sekarang, ruangan ini sudah menyambut saya dan para wisudawan yang lainnya dengan senyum wibawanya. Ruangan Megah dengan aroma formalnya, entah kenapa mungkin ada penghuninya bernama ‘hantu formalitas kampus’, auditorium universitas.

Mengenai perasaan, tidak ada perubahan berlebihan dari awal bangun pagi tadi. Tetap tak ada gambaran yang begitu jelas seperti apa yang dinamakan orang dengan nama senang, gembira, kesenangan, dan entah apa lah lagi namanya itu.

Saya hanya senang membayangi senyum Mama, menggambarkan kegembiraan Mama dalam bayang-bayang pikiran, dalam cinta hati yang paling dalam. Mama Alm. Hj.Laysah, Mama yang seharusnya menjadi orang pertama yang paling pantas menyaksikan saya hari ini, satu lagi anaknya yang telah mencapai sebagian dari do’a-do’anya semasa hidupnya. Mama, Fauzi kangen Mama, I Love You So Much Mama.

Menjadi Sarjana ini buat Mama, Mama, Mama, Papa yang sudah bersusah payah membahagiakan anaknya, Keluarga tercinta, Kakak dan Abang-abangku, Keponakanku, Kekasih dan Orang-orang yang saya sayangi.

Saatnya memasuki pertarungan sesungguhnya, Semoga Saya Mampu dan Pasti Bisa! :)