Arsip Blog

Jumat, 11 Oktober 2019

MINIATUR INDONESIA

 Sibolga, 12 Oktober 2019
Oleh : Fauzi Abdullah
AWALNYA, saya tak mau gegabah terlalu cepat menilai kota bagian dari Sumatera Utara ini sebagai miniatur Indonesia. Tapi, semakin ke sini membuat saya semakin yakin kota yang dikenal sebagai Kota Ikan ini layak disebut sebagai Miniatur Indonesia.
Kota Sibolga, belum genap 2 (dua) tahun surat keputusan dengan sangat rapi merealisasikan perintah Yang Kuasa mengantarkan saya bertugas di Sibolga.
Kota ini sudah pernah saya kunjungi di usia yang belum bisa menyembunyikan ingus dengan rapi di depan banyak orang. Di usia yang makan masih suka disuapin Mama daripada makan sendiri.
Rezeki bisa berwisata ke Sibolga di usia Sekolah Dasar itu pun saya dapat dari acara kumpul keluarga dari kantor Papa saya. Rupanya rezeki itu berulang.
Meski harus membawa bekal kegalauan akut karena harus meninggalkan istri yang sedang hamil tua.
Dengan pikiran Hari Perkiraan Lahir anak saya yang pertama yang sudah dekat, dan resiko tidak turut mendampingi istri saat lahiran. Dengan bismillah, saya putuskan berangkat menjalankan tugas di Sibolga.
Tersisa satu lagi saja rumah dinas yang ditawarkan kantor saat itu. Karena alasan etis, saya lebih nyaman memilih jadi anak kost. Beruntung langsung mendapat kost an, sebenarnya bukan kost-kostan melainkan rumah seorang kakek nenek yang sudah begitu lama di Sibolga. Anak-anaknya sudah pada merantau, kamar di rumah menjadi kosong sunyi tak ada yang menempati.
Beruntung berkali lipat juga bagi saya, ini membuat saya mendengar banyak cerita tentang Sibolga dari Kakek dan Nenek pemilik kost saat berbagi cerita di teras rumah. Hari pertama hadir di Sibolga memang saya langsung menjalani hidup layaknya cerita zaman anak Kuliahan.
Berbekal pengalaman saat juga pernah berkuliah di Antropologi USU, saya berjalan ingin mengenal sekitar. Baru saat ini saya semakin yakin saya sedang berada di miniatur Indonesia.
Bagaimana tidak, banyak ciri yang mencerminkan Sibolga sebagai bahagian kecil dari Republik gudangnya banyak suku dan agama ini. Coba lihat dahulu hal pertama yang paling menonjol.
Tan Hana Dharma Mangrwa, Bhinneka Tunggal Ika. Yang secara sederhana dapat saya artikan, tak ada kesetiaan mendua, walau berbeda tetap satu jua.
Kutipan kalimat dari Kakawin Sutasoma (Kakawin Jawa Kuno), karangan Mpu Tantular abad ke-14 ini sepenggal kalimatnya menginspirasi hingga jadi semboyan kita bernegara. Benar, Bhinneka Tunggal Ika.
Sebelum ramai dikenal Sibolga Kota Ikan, Kota yang punya banyak suku dan berbaurnya ragam agama ini bertagline Sibolga Nauli Kota Berbilang Kaum.
Begitu berbaurnya masyarakat di Kota bagian dari Tapanuli Tengah ini, masyarakat begitu menyatu yang tak heran begitu cepat tumbuh rasa persahabatan, kekeluargaan, rasa aman dan nyaman. Berbeda-beda tetap satu jua.
Melalui foto yang turut saya bagikan ini, saya tak ingin berpanjang-panjang cerita. Ternyata, begitu banyak pulau indah yang bisa kita saksikan di sekitar Sibolga.
Indonesia sebagai Negara Kepulauan dan Negara Maritim juga dapat kita rasakan dengan menyeberang menggunakan kapal Fery dari Pelabuhan Sibolga ke Pelabuhan Nias.
Saya akan bagikan teknis bila ingin merasakan sebahagian kecil Maritim dan Kepulauan-nya Indonesia dari Sibolga. Hampir setiap malam sedikitnya 2 kapal Fery yang berangkat ke Nias, begitu juga sebaliknya. Ada kapal Wira Victory, Wira Glory, Wira Prime, Belanak dan yang paling terbaru kapal Ono Niha.
Sepengetahuan saya, hanya 1 hari saja dalam 1 minggu kapal istirahat tak berlayar, di hari Sabtu malam.
Bila ingin menyaksikan laut yang indah dengan gugusan pulau-pulau nan elok, silahkan berangkat melalui Pelabuhan Sambas, jalan Horas Kota Sibolga.
Presiden Joko Widodo yang langsung meresmikan pelabuhan ini. Bagi yang masih ingat dengan begitu hebohnya Film King Kong, ketika King Kong begitu dramatis dengan kekasihnya diselingi air terjun yang indah.
Tepat, Pulau Mursala juga turut bisa kita saksikan ketika kapal berlayar dari pelabuhan Sibolga.
Biaya cukup membayar tiket 70an ribu bagi penumpang yang betah duduk selama kapal berlayar. Setidaknya satu malam waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Nias, sekitar 10-12jam.
Bagi yang takut bosan, ada ketersediaan kamar baik yang kelas ekonomi ataupun bisnis, bisa ditebus dengan harga 200ribuan-400ribuan. Bila turut membawa nyeberang sepeda motor sediakan kocek 100ribuan. Kalau mobil ntar coba tanyakan langsung ketika sampai di pelabuhan ya
🙂
Harga-harga yang saya sampaikan ini bersifat perkiraan dan pengalaman saya pribadi yang terbilang sering menjalankan tugas di Nias.
Dari pengalaman seringnya saya diperintahkan untuk menapaki jalan di Kepulauan Nias, ini yang membuat saya merasa sayang untuk tak turut dibagikan. Mengenal Sumatera Utara tentu tak puas bila tak berlayar dari Sibolga ke Nias.
Gimana, sudah kepingin belum main ke Sibolga dan Nias?
Kalau belum bilang ya, ntar saya bagikan lagi dengan postingan lainnya.
Kesepian tanpa kekasih, sekian dan terima kasih
😊








Tidak ada komentar: