Arsip Blog

Rabu, 24 Februari 2021

Emic View Untuk Imigrasi Maju

 Oleh : Fauzi Abdullah (Analis Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Sumut)

Sumber Foto : kemenkumham.go.id

Ini adalah era di mana sudah saatnya birokrasi jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Saat ini dan ke depan, kita menyaksikan birokrat selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Birokrat begitu dekat di hati masyarakat. Tepat yang telah disampaikan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly pada apel pagi pegawai Kementerian Hukum dan HAM yang dirangkaikan dengan penguatan pembangunan Zona Integritas 520 satuan kerja menuju WBK (Wilayah Bebas dari Korupsi) dan WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani) di Jakarta pada tahun 2020 silam. “Saya berharap kita tingkatkan pelayanan kita dengan baik, jangan lupa senyum, jangan lupa minta maaf kalau salah, dan terus perbaiki tingkatkan kinerjanya”.

Dekat dengan masyarakat memang bukan lantas mudah, tidak pula mustahil tapi bisa. Mari sejenak menarik ingatan nostalgia dengan McDonalds. Perusahaan cepat saji berikon badut dominasi warna merah dan kuning terbesar di dunia ini juga berhasil merebut hati masyarakat Indonesia.

Februari 1991,menjadi sejarah awal pertama sekali McDonalds hadir di Indonesia. Keberadaannya pun langsung menghadirkan gerai di jantung ibukota Jakarta. Kehadiran restoran didirikan oleh dua bersaudara Richard dan Maurice McDonalds ini rupanya tidak langsung berhasil merebut hati masyarakat Indonesia, bahkan sempat mengalami kerugian. Hal tersebut terjadi karena awal kehadirannya di Indonesia, manajemen masih bertahan mengandalkan Hamburger dan French Fries atau Kentang Goreng yang menjadi produk andalan McDonalds yang laris di dunia. Bertahan dengan tidak menghadirkan nasi pada setiap menu yang ditawarkan, rupanya malah membuat konsumen Indonesia menjauhi restoran asal Amerika ini.

Guna segera bangkit dan menyelesaikan persoalan, restoran cepat saji yang sudah mengglobal ini gencar melakukan pendekatan budaya lokal. Manajemen McDonalds Indonesia berhasil menarik kesimpulan bahwa kebanyakan orang Indonesia tidak mudah kenyang kalau belum makan dengan nasi. Maka dari itu, menu nasi mulai ditawarkan oleh McDonalds Indonesia, dan beragam inovasi menu yang ditawarkan seperti Panas (Paket Nasi) mulai dari nasi putih sampai nasi spesial dengan ayam dan telur dadar. Strategi ini pun berhasil menciptakan kedekatan dengan masyarakat Indonesia, McDonalds Indonesia memperoleh keuntungan yang tak bisa terbilang kecil.

Tak cukup sampai disitu. McDonalds juga terbukti berhasil dekat dengan keluarga Indonesia. Lewat pendekatan budaya lokal Indonesia yang suka berkumpul bersama keluarga, McDonalds yang notabene restoran penyedia makanan dan minuman pun menyediakan mainan lewat menu Happy Meals yang sangat menarik perhatian anak-anak Indonesia. Tak khayal bila McDonalds Sarinah Thamrin yang sempat menjadi perbincangan ramai, begitu membekas di hati masyarakat Indonesia. Bahkan kenangan tersebut berlanjut secara turun temurun, kalau dahulu diajak Bapak ke McDonalds kemudian diwariskan kepada anak. Hal itu sebagai wujud nyata McDonalds Indonesia berhasil menciptakan jutaan momen bagi masyarakat dan dekat dengan keluarga Indonesia. McDonalds sebagai restoran ternama dan maju pesat di Indonesia.

Kesuksesan dengan menerapkan pendekatan budaya lokal tak hanya ditorehkan McDonalds. Perusahaan mie instan terbesar di Indonesia seperti Indomie pun berhasil maju dan dekat dengan masyarakat Indonesia karena menerapkan pendekatan budaya lokal. Fakta ini dibuktikan dengan terus melakukan inovasi rasa mie instan yang selalu menyesuaikan dengan cita rasa nusantara, dari Indomie rasa Soto Medan sampai Indomie Goreng Aceh.Tak hanya soal varian rasa, pendekatan budaya lokal oleh Indomie juga terlihat pada jingle dalam iklan Indomie rasa Ayam Kalasan. Jingle tersebut menyerupai nyanyian yang akrab di telinga masyarakat Yogyakarta. Secara teori, hal ini senada seperti yang pernah dikemukan oleh Jurgen Habermas, bahwa pendekatan aspek komunikatif tumbuh pada masyarakat atau etnik yang dituju sebagai upaya pendekatan budaya lokal. Bahwa, untuk dekat dengan masyarakat yang berlainan dibutuhkannya tindakan komunikatif.

Melalui fakta-fakta tersebut di atas, maka terlihat bahwa melalui pendekatan budaya lokal membuat organisasi begitu maju dan dekat dengan masyarakat. Sebagai upaya mendukung cita-cita Direktorat Jenderal Imigrasi yang selalu melakukan perubahan dan berupaya dekat dengan masyarakat. Pendekatan budaya lokal ini menjadi pilihan yang tepat untuk menghantarkan Direktorat Jenderal Imigrasi sampai pada yang dicita-citakan. Pendekatan budaya lokal yang dimaksud di sini disebut pula dengan istilah Emic View.


Apa itu Emic?

Secara sederhana, emic dapat diartikan sebagai cara pandang yang berupaya menerangkan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri. Emic berasal dari kata phonemic seperti yang diperkenalkan oleh Kenneth Pike (1966) yang juga memperkenalkan istilah Etic yang berasal dari kata phonetic. Melalui ilmu antropologi, etic dan emic ini mampu menghasilkan suatu deskripsi kebudayaan yang disebut the new etnoghraphyEtnoghraphy (etnografi) yang dimaksudkan di sini adalah suatu jenis penelitian antropologis yang diantaranya dilakukan dengan cara observasi serta wawancara mendalam terhadap fenomena sosiokultural di masyarakat.

Dalam praktek sederhananya, emic view ini dapat dilihat pada sapaan Tulang yang dalam masyarakat Batak yang tak dapat disamakan dengan sudut pandang Orang Jawa, Karo, Aceh, Papua atau Orang Indonesia pada umumnya yang memahami tulang sebagai organ tubuh yang ada pada tubuh makhluk hidup. Karena, Tulang dalam masyarakat Batak berarti Paman.

Begitu halnya ketika memahami kata Teras. Teras bisa berarti serambi rumah. Namun tak hanya itu, karena Teras dalam kondisi lain dapat berarti Pejabat Teras atau pejabat yang tingkatannya satu level di bawah pejabat tertinggi. Hal tersebut lah sebagai contoh guna memahami emic view yang berarti sudut pandang yang menerangkan suatu fenomena dalam masyarakat berdasarkan sudut pandang masyarakat itu sendiri.

Emic View dalam Pelayanan dan Pengawasan Orang Asing oleh Imigrasi

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian, mengamanatkan Direktorat Jenderal Imigrasi merupakan unsur pemerintah berperan mengatur lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara. Adapun 4 (empat) fungsi yang diemban oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Yang pertama pelayanan keimigrasian, kemudian penegakan hukum keimigrasian, keamanan Negara, dan fungsi yang terakhir yakni sebagai fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Emic View dalam Pelayanan Keimigrasian sebenarnya bukanlah hal baru bagi Direktorat Jenderal Imigrasi. Karena, baik sadar maupun tanpa sadar emic view ini telah dijalankan oleh para petugas imigrasi. Imigrasi sebagai instansi yang melaksanakan pelayanan publik terus berkomitmen meningkatkan pelayanan menjadi semakin baik. Beragam inovasi terus dilakukan, mulai dari SIMKIM (Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian), Anjungan Paspor Mandiri, Eazy Paspor, sampai pada kehadiran UKK (Unit Kerja Keimigrasian) dan ULP di daerah-daerah sebagai wujud upaya Imigrasi semakin dekat dengan masyarakat.

Meski tak dapat dipungkiri, beragam upaya inovasi-inovasi dan terobosan yang dilakukan oleh Imigrasi masih saja memiliki kendala. Masih saja ada masyarakat yang belum mengetahui persyaratan berkas yang harus dilengkapi saat ingin mengurus paspor dan sejumlah pelayanan keimigrasian lainnya. Sebagai solusi, hal ini dapat dijawab dengan menghadirkan emic view dalam pelayanan keimigrasian.

Emic view telah dijalankan oleh para petugas imigrasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini, seperti yang telah dilakukan oleh Humas Ditjenim. Melalui pendekatan kepada masyarakat melalui media sosial, rajin menjawab pertanyaan masyarakat melalui kanal dunia maya juga merupakan bahagian dari upaya menerapkan emic view. Terobosan yang dilakukan oleh Humas Ditjenim dengan membuat kegiatan Kodar Humas beberapa tahun lalu, juga merupakan awal yang baik dalam penerapan emic view dalam pelayanan keimigrasian.

Dengan diselenggarakannya Kopdar Humas yang dihadiri oleh para petugas imigrasi di seluruh Indonesia, mampu menciptakan insan humas pada UPT (Unit Pelaksana Teknis) Keimigrasian di seluruh Indonesia.

Sebagai langkah serius guna mewujudkan Imigrasi maju dan dekat dengan masyarakat, emic view harus benar-benar secara konsisten dilakukan oleh para petugas imigrasi. Karaktek Mido dan Midi yang dimiliki oleh Imigrasi sudah baik guna menciptakan kedekatan kepada masyarakat secara karakter dan visual. Hanya saja, perlu diberikannya keleluasaan bagi insan humas yang ada di UPT untuk berkreativitas dan konsisten menciptakan karakter Mido dan Mido yang bernuansa budaya lokal. Hal ini dapat mudah terwujud dengan adanya kerjasama yang apik antara Humas Ditjenim dengan Humas yang ada di UPT.

Kemudian, emic view secara lebih serius dapat dilakukan oleh petugas imigrasi dengan melakukan kolaborasi dengan instansi serta organisasi atau komunitas-komunitas, paguyuban-paguyuban atau perkumpulan masyarakat setempat untuk melakukan sosialisasi pelayanan keimigrasian. Agar pelayanan keimigrasian serta aturan terbaru terkait keimigrasian dapat disosialisasikan secara baik dan tepat sasaran. Dengan meningkatnya kesadaran dan kedekatan masyarakat pada Imigrasi, maka tak mustahil PNBP (Penghasilan Negara Bukan Pajak) oleh Imigrasi dapat meningkat pula.

Yang terpenting dari beragam upaya yang dilakukan, perlu adanya kebijakan pimpinan berupa surat edaran. Yang berisikan bahwa petugas imigrasi di seluruh Indonesia melakukan pelayanan keimigrasian dengan memperhatikan budaya lokal setempat. Karena benar seperti yang disampaikan oleh Anggiat Napitupulu sewaktu menjabat sebagai Direktur Politeknik Imigrasi, bahwa Imigrasi memiliki kecenderungan menggunakan tipe budaya hirarki. Tipe budaya hirarki adalah terdapatnya struktur kerja yang jelas dimana terdapat kepala kantor, kepala bagian, dan juga bawahan yang telah memiliki struktur organisasi yang telah ditetapkan dan seluruh organisasi dikendalikan oleh prosedur kerja. Maka dari itu, dipandang perlu kebijakan pimpinan pusat untuk menerapkan emic view dalam pelayanan keimigrasian secara lebih serius.

Emic View dalam Pengawasan Keimigrasian, tulisan ini mengajak terlebih dahulu membaca tulisan perempuan berdarah Austria-Bantul, Katharina Stogmuller dengan judul “Kristen Gray Beraninya Pakai Visa Akal-akalan di Bali, Cobain Sini ke Bantul, Mbak!” pada kanal mojok.coSecara singkat, Katharina menggambarkan perilaku Kristen Gray tak benar. Saat ini Kristen Gray memang sudah berhasil diamankan oleh pihak Imigrasi Bali. Yang menarik dari tulisan Katharina ini adalah melalui tulisan Katharina mengajak Kristen Gray tinggal di Bantul agar mampu jadi wisatawan yang baik. Karena potensi budaya lokal masyarakat Bantul yang Guyub dapat memberikan informasi kepada Imigrasi terkait keberadaan orang asing. Inilah yang dimaksud emic view dalam pengawasan keimigrasian. Kehadiran Tim Pora (Tim Pengawasan Orang Asing) oleh Imigrasi sudah tepat. Perlu dimaksimalkan peran masyarakat dengan penerapan emic view atau pemahaman budaya lokal setempat agar efektivitas dalam pengawasan orang asing dapat terwujud.

Kesimpulan

Emic view adalah cara pandang yang berupaya menerangkan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri. Emic view dalam pelayanan keimigrasian dapat dilakukan oleh petugas imigrasi dengan terus memahami budaya lokal setempat yang nantinya dapat diwujudkan baik secara visualisasi maupun inovasi pelayanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat setempat. Kebijakan dari pimpinan menjadi hal yang sangat penting guna menerapkan emic view secara lebih serius oleh Imigrasi. Emic view dalam pengawasan orang asing oleh Imigrasi dapat meningkatkan efektivitas kinerja Tim Pora. Dengan mengenal karakter masyarakat Indonesia yang guyup, maka efektivitas pengawasan orang asing pun dapat terwujud. Seperti halnya yang dilakukan McDonalds dan Indomie di atas, Imigrasi pun mampu dekat dengan masyarakat. Terlebih UPT Keimigrasian sudah hadir di seluruh Indonesia, yang artinya tak begitu sulit untuk memahami budaya lokal tempat bekerja. Dengan menerapkan emic view mampu menciptakan Imigrasi Maju. Bila Emic View adalah istilah yang begitu asing untuk dikenal, penulis menawarkan istilah pendekatan budaya lokal setempat.



Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian

F. Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik dan Postmodernisme Menurut Jurgen Habermas, Jogjakarta: Penerbit Kanisius, 1993

Napitupulu, Anggiat, Sohirin, Bobby Briando, “Membangun Budaya Organisasi Pasti Aktual”, Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, 2019

Pike, K.L. 1966. “Etic and Emic Standpoints for the Description of Behavior” dalam Communication and Culture, A.G.Smith (ed.). New York: Holt, Rinehart and Winston

https://www.viva.co.id/ragam/round-up/1275337-fakta-sejarah-mcdonalds--s-sarinah-pertama-di-Indonesia

https://mojok.co/ks/esai/kristen-gray-beraninya-jadi-imigran-gelap-di-bali-cobain-sini-ke-bantul-mbak/

Tidak ada komentar: