Arsip Blog

Selasa, 11 Januari 2022

JURNALISME BIROKRASI

Medan, 12 Januari 2022
Oleh : Fauzi Abdullah



JULIUS Caesar (100-22 SM) menyadari bahwa aparat pemerintahan semakin banyak. Begitu juga dengan rakyat yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya.
Atas dasar itu. Julius Caesar pada masanya memimpin pemerintahan Romawi Kuno menyatakan dengan tegas. Bahwa jumlah rakyat sudah semakin banyak dan aparat pemerintahan juga banyak, maka pengumuman yang dilakukan dengan cara individu-individu sudah tidak efektif.
Di masa itu, solusi gaya komunikasi sekaligus penyebaran informasi baru pun dijalankan. Pertama kali dilakukan di pusat-pusat keramaian, pasar tradisional hingga tempat pertunjukan sirkus.
Penyebaran informasi masa itu dilakukan dengan cara memberikan pengumuman. Didahulukan dengan bunyi-bunyian yang mengundang perhatian. Dibunyikan dengan keras tabuhan gendang atau dengan bunyi terompet.
Kemudian pengumuman dibacakan oleh orang-orang yang bersuara keras dan lantang. Pengumuman pun sampai ke telinga rakyat.
Sejarah itu menjadi asal usul lahirnya jurnalisme. Jurnalisme yang diambil dari bahasa Perancis, journal. Dalam bahasa Latin disebut diurnal, yang dapat diartikan diary.
Acta Diurnal pun pertama kali terbit di Romawi Kuno. Acta Diurnal adalah buletin bertuliskan tangan yang berisi cerita sehari-hari di masyarakat. Ini yang lantas menjadi sejarah penting cikal bakal surat kabar.
Sejarah semakin ke sini rupanya semakin bergeser. Saya sebagai generasi yang menyadari betul. Gaya komunikasi masa saya sekolah, kuliah hingga beberapa tahun kerja sektor swasta.
Cara komunikasi pemerintahan sungguh membosankan. Padahal sejarah jurnalisme erat kaitannya dengan pemerintahan. Julius Caesar masa Romawi Kuno sudah mengawalinya. Semakin kesini kenapa gaya pemerintahan begitu-begitu saja.
Pesan yang ingin disampaikan cenderung tak sampai kepada masyarakat. Kok enggak kekinian?
Di Indonesia, reformasi birokrasi pun hadir. Secara perlahan, tak pun langsung merambah pada dunia kehumasan pemerintahan.
Nasib membawa saya menjadi bagian dari birokrasi. Makanya sedikit banyak, saya tak hanya lihat namun juga rasakan langsung.
Beruntung sebelumnya saya menimba banyak ilmu dari senioran dan teman-teman jurnalis. Semasa sekolah di SMA Negeri 1 Medan saya berkecimpung di dunia kepenulisan.
Lepas SMA berkomunitas di akukalibah yang tak jauh-jauh dari dunia publikasi. Sambi kuliah, saya bekerja mulai dari kontributor hingga menjadi jurnalis di sejumlah media, baik cetak maupun televisi.
Terlibat langsung di birokrasi, saya berkontemplasi. Kenapa begini?
Perlahan dan penuh keyakinan saya coba mulai di Sibolga.
Saya merasa beruntung mendapat kepercayaan dari Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sibolga, masa itu dijabat oleh Bapak Samuel P. Panggabean.
Jurnalistik bergaya reformasi birokrasi pun saya pelajari sekaligus saya mulai.
Entah kenapa, masa itu posisi Kepala Seksi dan Kasubsi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian di Imigrasi Sibolga kosong, tak ada pejabat yang mengisi. Saya pun bekerja di Seksi itu sendiri.
Tidak masalah. Pekerjaan menjadi ada kalau mau saja dimulai. Pikir saya begitu.
Gaya komunikasi pemerintahan gak boleh lagi membosankan.
SATU HARI MINIMAL SATU BERITA. One day one news, saya menarget diri sendiri untuk mampu menyampaikan gaya komunikasi yang baik agar sampai di masyarakat.
Khususnya persoalan Keimigrasian. Pesan harus benar-benar sampai kepada masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat Sibolga.
Terbayang gak? Bahwa Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sibolga itu punya wilayah kerja yang luas.
Coba bayangin, Imigrasi Sibolga mencakup wilayah kerja 3 Kota 9 Kabupaten. Mulai dari Sibolga, Nias, Padangsidimpuan hingga sampai Mandailing Natal. Informasi Keimigrasian harus benar-benar sampai kepada masyarakat di 12 Kabupaten/Kota itu.
Teman-teman yang berasal dari wilayah Kabupaten/Kota yang saya sebutkan itu pasti tahu betul wilayah itu begitu luas.
Hanya hitungan bulan. UKK (Unit Kerja Keimigrasian) GUNUNGSITOLI Nias (dapat dikatakan kantor cabang Imigrasi Sibolga) harus segera dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Nias.
Pesan-pesan ini pun harus benar-benar tersampaikan kepada masyarakat. Amanah ini pun saya pikul dan segera cari solusi.
Beruntung ini era teknologi. Teknologi yang berhasil diajak berteman mampu memudahkan pekerjaan.
Setelah one day one news. Saya pun meminta izin kepada Kepala Kantor untuk menjalin kemitraan baik kepada teman-teman jurnalis di wilayah kerja 12 Kabupaten/Kota. Kepercayaan penuh yang diberikan membawa optimisme menuntaskan pekerjaan.
KEMITRAAN DENGAN TEMAN-TEMAN JURNALIS. Berbekal pendekatan emic view khas Ilmu Antropologi yang saya dapatkan dari Universitas Sumatera Utara. Saya pun rutin nongkrong di warung-warung dan berteman akrab dengan teman-teman jurnalis.
Release pun minimal satu berita dalam satu hari saya kirimkan kepada teman-teman jurnalis.
UKK Gunungsitoli Nias sukses dilakukan. Dan beragam prestasi diraih oleh Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sibolga. Mulai dari publikasi, penyampaian informasi keimigrasian hingga prestasi Ramah HAM. Pekerjaan yang saya emban terkait ini banyak dibantu teman-teman jurnalis.
Tak sedikit pun membicarakan nominal rupiah. Ini hal pertemanan, dunia kemitraan. Kalau orang kampus bicara serius dikenal dengan istilah modal sosial.
Gaya komunikasi pun saya luweskan dengan membuat akun di media-media sosial. Tak pun seluruhnya, saya percaya masyarakat sudah melek teknologi akrab dengan media sosial.
Instagram dan Facebook saya dahulukan resmi untuk Imigrasi Sibolga. Pesan-pesan keimigrasian bergaya kreatif kami berharap benar-benar sampai.
Setelah UKK Gunungsitoli Nias, pekerjaan tak mudah selanjutnya adalah pembukaan UKK Panyabungan (Mandailing Natal) atas permintaan Pemda Mandailing Natal.
Imigrasi Sibolga pun disibukkan dengan sejumlah telaah dan berkoordinasi kesana-kemari.
Baru saja dimulai beragam kesibukan UKK Panyabungan. Sail Nias 2019 dilaksanakan di Teluk Dalam, Nias. Fokus pekerjaan mesti dialihkan dulu ke sana, termasuk soal informasi dan publikasi Keimigrasian.
Sail Nias 2019 sukses diselenggarakan. Pagelaran begitu indahnya alam Nias itu dihadiri oleh Menteri Hukum dan HAM RI Bapak Prof. Yasonna H. Laoly, Menteri Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Susi Pudjiastuti.
Fokus pekerjaan pun kembali diisi dengan persiapan pembukaan UKK Panyabungan.
Rupanya, rezeki berkata lain. Saya harus bertugas di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara, saat itu dijabat oleh Bapak Sutrisman memberikan pekerjaan khusus kepada saya agar kehumasan Kantor Wilayah benar-benar hidup dan bernyawa.
Saya pun menghadap, meminta arahan sekaligus izin menjalankan tugas di Humas Kanwil kepada Kepala Divisi Keimigrasian yang masa itu dijabat oleh Bapak Silvester Sili Laba.
Setelah etika-etika Kedinasan saya lakukan. Tugas Kehumasan Kantor Wilayah pun saya jalankan. Sejumlah strategi saya susun.
Beruntung banyak teman-teman tempat saya belajar di Humas Kanwil Sumut. Saat itu pun ada 4 orang CPNS baru. Fresh, saya yakin dunia kehumasan birokrasi bisa lebih kekinian.
Untuk diketahui. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara membahawahi 4 Divisi. Divisi Keimigrasian, Divisi Administrasi, Divisi Pemasyarakatan, dan Divisi Pelayanan Hukum dan HAM. Gaya kehumasan harus benar-benar kreatif.
Pesan-pesan kreatif pun harus dilaksanakan di ajang penerimaan CPNS. Pelamar CPNS notabene didominasi milenial. Rata-rata tamatan SMA dan Sarjana (Fresh Graduatre).
Akun Instagram mulai saya remaja. Pemilihan nama akun yang lebih catchy. Tak perlu yang ribet-ribet, cukup @kemenkumhamsumut
Kebiasaan jurnalistik pun saya format harian yang bisa dibagikan ke sejumlah jejaring sosial. Para Pimpinan Tinggi sudah mudah tinggal klik link berceta biru untuk melihat berita-berita yang diterbit. Kesemuanya dapat dilihat cukup melalui smartphone.
Amanah yang diperintahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera, alhamdulillah tuntas dikerjakan.
Saya banyak terima kasih karena langsung dibimbing langsung oleh Bapak Marlen Situngkir yang masa itu menjabat sebagai Kepala Bagian Pelaporan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara.
Saya berterima kasih atas kepercayaan dan kesenangan pimpinan rasakan atas kinerja. Kini saya berada di Divisi Keimigrasian. Kepala Subbagian Humas TI saat ini diisi oleh Bang Bambang.
Jurnalisme reformasi birokrasi mesti benar-benar asyik dijalankan. Tidak boleh hanya berpatokan sama jumlah followers. Tapi, pesan-pesan pemerintahan harus benar-benar tersampaikan dengan baik ke masyarakat.
Saya merasa senang, penghargaan publikasi terbaik diadakan saat Deklarasi Janji Kinerja Tahun 2022 di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera.
Masa saat ini, Kepala Kantor dijabat oleh Bapak Imam Suyudi dan Kepala Divisi Administrasi Ibu Betni Humiras Purba. Ini inovasi, kreativitas layak mendapat penghargaan.
Saya makin merasa senang, Peringkat I Publikasi terbaik diraih oleh Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sibolga.
Duh, jadi kepanjangan begini nulisnya. Mohon maaf ya. Semoga ini menjadi secuil manfaat dari beragam berbagi dari teman-teman kehumasan birokrasi lainnya.
Intinya kehumasan reformasi birokrasi butuh keluwesan agar pesan benar-benar sampai ke penerima masyarakat, ke masyarakat.
Bisa dicoba, pertama sekali tentu tampil RAMAH kepada siapa saja dalam memberikan pelayanan publik. Kemudian, SATU HARI SATU BERITA. Bangun MITRA yang baik ke teman-teman jurnalis. TEKNOLOGI DITEMANI. Jangan Bosan BerINOVASI dan tetap KREATIF. Lakukan EVALUASI tanpa bosan.
Semoga bermanfaat. Semoga birokrasi makin baik ya. Julius Caesar sudah mengawalinya. Teknologi sudah memudahkan kinerja. Gaya komunikasi pemerintahan jangan lagi ngebosenin ya. #fauziabdullah



















Tidak ada komentar: