Arsip Blog

Selasa, 18 Januari 2022

KOLABORASI KELEMBAGAAN

Jakarta, 19 Januari 2022
Oleh : Fauzi Abdullah


PENGAMBILAN kebijakan harus saling sinergi dan reliabilitas. Itu yang pernah diungkapkan Max Weber tentang otoritas. Weber, ilmuwan yang melahirkan teori-teori Sosiologi itu sudah memikirkan sejak lama. Setidaknya di rentang usia ilmuwan dari Jerman itu, tahun 1864 hingga 1920.
Selain Sosiologi, Max yang juga dikenal dengan nama Maximilian Weber juga punya peran penting di bidang Politik, Ekonomi dan Geografi.
Tapi, bukan itu yang ingin saya sampaikan. Di teori otoritas itu, Weber sudah menekankan pentingnya sinergi. Pun dalam pengambilan keputusan.
Kolaborasi menjadi kata yang lebih sering sekarang kita dengar. Weber di eranya menyebut sinergi. Di tulisan-tulisan sebelumnya saya lebih suka menyebut dengan kata rangkulan.
Apapun itu. Ada pun perbedaan di makna, bisa jadi sedikit saja. Sinergi bisa dikatakan bermakna kegiatan gabungan, atau bareng-bareng dalam melakukan kegiatan. Kolaborasi punya makna kerja sama untuk melakukan sesuatu. Sinergi dan kolaborasi sama bermakna secara bersama-sama, rangkulan.
Lebih jamak difahami era ini. Kolaborasi lebih menekan hasil yang lebih konkret.
Menyalip kata sinergi, kolaborasi menjadi kata yang masih kita dengar. Setidaknya hingga beberapa tahun ke depan. Mark Marques menyalip Valentino Rossi, begitulah kira-kira.
Kolaborasi menjadi sangat penting kehadirannya di kelembagaan. Diharapkan mampu menyelesaikan kompleksitas permasalahan.
Sebenarnya, tak perlu lagi membuat lembaga demi lembaga. Untuk pekerjaan yang bisa kita selesaikan dengan kolaboratif.
Untuk tujuan bersama. Demi Indonesia.
Alasan yang sungguh penting ini yang menjadi landasan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM RI melaksanakan Seminar Nasional dan Bedah Buku. Ini rangkaian kegiatan peringatan Hari Bhakti Imigrasi ke-72.
Di tahun 2022 ini Imigrasi lebih suka mengambil tema "Bangkitnya Pelayanan, Revitalisasi Penegakan Hukum dan Keamanan Untuk Negeri".
Iklim akademis begitu berwibawa hadir di birokrasi. Penting bagi birokrasi. Karena manusia terus bergerak, sistem terus mengalami perkembangan, birokrasi harus berani hadir menjawab zaman.
Kolaborasi mengisi banyak pembahasan dalam seminar nasional yang juga hadir beragam pihak. Disamping Kemenkumham, Imigrasi, ada Australia Border Force, Immigration and Checkpoints Authority, Gurus Besar dari beberapa Universitas, Ditjen Bea Cukai, BAIS TNI, Kemenkopolhukam, hingga Kepolisian.
Seminar Nasional dan Bedah Buku ini diadakan secara luring dan daring. Luring dilaksanakan di Ruang Adiwinata Gedung Direktorat Jenderal Imigrasi di Jakarta. Kegiatan ini menerapkan disiplin protokol kesehatan, luring diikuti secara terbatas. Selebihnya diikuti secara daring.
Menteri Hukum dan HAM RI, Prof. Yasonna H. Laoly sebagai keynote speech sekaligus membuka secara langsung kegiatan ini. Juga hadir Wakil Menteri Hukum dan HAM RI, Prof. Edward O.S. Hiariej dan Plt. Direktur Jenderal Imigrasi Prof. Widodo Ekatjahjana.
Hadir secara langsung juga memberi perhatian penuh dalam perhelatan penting ini. Ronny F. Sompie, Analis Keimigrasian Ahli Utama Direktorat Jenderal Imigrasi (Mantan Dirjen Imigrasi.
Kolaborasi kelembagaan menjadi pembahasan penting dalam menjaga negara. Terutama di perbatasan-perbatasan wilayah nusantara. Ini era yang tak lagi ego-ego sektoral.
Eranya kolaborasi. Prosedur, data Informasi hingga realisasi bisa jadi dengan segera bisa kita wujudkan bersama. Itu nyawanya kolaborasi.
Bukankah ada pepatah. Jika ingin berjalan cepat, maka jalan lah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, maka jalan lah bersama-sama.
Untuk kepentingan bersama, kebermanfaatan jangka panjang. Baiknya jalan bersama-sama. Bukan lagi aku atau kamu. Tapi Kita, Kolaborasi. Cemana cucok? #fauziabdullah






Tidak ada komentar: