Arsip Blog

Minggu, 23 Januari 2022

TMP

Medan, 24 Januari 2022
Oleh : Fauzi Abdullah

"YA Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa. Janganlah engkau meninggalkan kami dalam kesendirian dan ketidakberdayaan. Ampunilah kami yang selalu mengejar pengakuan tanpa sedikitpun berbuat kebaikan. Ampunilah kami yang baru sedikit saja berbuat kebaikan, tapi sudah mengaku-aku sebagai Pahlawan. Tumbuhkanlah tenggang rasa dan solidaritas antar sesama kami. Teguhkanlah rasa cinta tanah air kepada seluruh masyarakat bangsa kami, serta mantapkan tekad kami. Untuk membangun negara dan bangsa kami".
Itu penggalan kalimat yang saya pilih dan saya bacakan. Saat diberi amanah menyusun sekaligus membawakan doa. Kegiatan Tabur Bunga dan Ziarah dalam rangka memperingati Hari Bhakti Imigrasi ke-72. Di Taman Makam Pahlawan (TMP) Bukit Barisan, Medan.
Kalimat itu saya bacakan setelah secara seksama memanjatkan doa, sekaligus mengenang jasa para Pahlawan. Jasa pahlawan Kusuma bangsa. Orang-orang yang sudah teramat berat berjuang. Mengorbankan harta, benda, serta jiwa dan raga. Demi Indonesia.
Segenap jajaran Imigrasi Medan sekitar, dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara hadir dalam acara yang khidmat di tempat makam para pahlawan, pejabat militer dan para pejabat tinggi negara.
TMP Bukit Barisan ada di Jalan Sisingamangaraja. Jalan yang termasuk super sibuk di Medan. Setidaknya, ada 7 hektar lebih luas TMP ini. Begitu memasuki halamannya, Burung Garuda begitu berwibawa. Berada di atas tugu yang begitu megah. Begitu menarik perhatian ajak foto bersama, dengan bangga.
Sepintas saya berpikir. TMP dahulu menjadi salah satu pilihan destinasi masa kecil. Anak usia sekolah punya rasa ingin tahu, mana sih makam pahlawan?
Pengalaman pribadi, saya bersama abang-abang saya pernah menemani saudara (sepupu) main ke TMP Bukit Barisan ini. Tak peduli tak ada angkutan bermotor. Menaiki sepeda pun kami tempuh. Dari Jalan Karya ke Jalan Sisingamangaraja.
Begitu juga ketika kami ke Jakarta. TMP Kalibata pernah kami singgahi.
Entah apa yang menjadi faktor. Apakah buku-buku SD dahulu ramai dengan cerita heroik para pahlawan. Atau TMP saat ini yang butuh kekinian?
Apapun itu, bangsa besar adalah bangsa yang tak pernah sedikit pun melupakan jasa para pahlawan.
Bung Karno sudah begitu lantang menegaskan. Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja kepalanya!
Ditegaskan lagi sama Soekarno, Presiden pertama Indonesia. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak!
Sudah berapa kali makan enak?
Itu karena kita Indonesia Merdeka. Atas jasa para pahlawan! #fauziabdullah








Tidak ada komentar: